Di sini bumi yang kupijak memberikan
Perlindungan dan menawarkan aneka warna
Namun setiap warna memiliki makna tersendiri
Sehingga mata dan hati tidak dapat menentukan pilihan
Begitu mudahnya tawaran-tawaran yang hadir di hadapan kita
Tetapi selalu saja ada peperangan di dalam hati yang kutanya
Suci
Meskipun demikian aku berusaha untuk fahami apa yang aku
Rasakan dari melihat, mendengar
Begitu menggiurkan dalam kehidupan ini… … …
Haruskah aku dustai nuraniku,
Hanya kepuasan semata?... . Tidak !!
Biarkan aneka warna itu menjadi bagian setiap langkah kita
Dan tidak pula di pisahkan,
Waktu terus bergulir untuk menentukan takdirnya.
Sementara kita di pertanyakan untuk mempertanggung jawabkan
Apa yang sudah di lalui,
Rupanya bumi ini yang kita pijak sudah terkikis sedikit-demi sedikit
Di karenakan mereka yang mengabaikan makna di dunia.
Nurani yang ternoda terjebak oleh hangar binger di bawah
Terang menjadikan dirinya segala-galanya di kehidupan yang
Tak abadi ini.
Mata hatinya ditutupi,
Pikirannya tidak dapat lagi membedakan
Dan tidak pula pikirannya dijadikan tonggak,
Pikirannya dan hatinya tidak selaras dengan keinginan
Sehingga menjadi rancu
Menyembunyikan dari pandangan tebarkan pesona terhadap
Sang ada, kepalsuan diri menggrogoti
Sepanjang detak jantung masih melekat orat-orat
Jiwa-jiwa yang sepi terus berlalu
Bersanding hidup tanpa mekna, tanpa cinta… … …
Sementara waktu terus mengikuti baying-bayang kehidupan
Dan kesadaran yang terlupakan kegelapan hati yang tertindas!!
Keyakinan yang di agung-agungkan
Membutakan sisi baik
Namun tanpa sadar terjerambab
Kedalam yang tak terlihat
Penantian yang cukup panjang agar dapat merasakan
Satu kehidupan yang abadi,
Merelakan nurani ternoda
Untuk kepuasan duniawi semata.conten terkait : Ranjang, Pesan Kakek buat Cucu, Mantra Jalanan, Hari Ini Aku, Aku dan Kamu, Kau Teman Mabukku, Si Buta di Musim Semi, Berteman dengan Copet, Pengemis, Peluru atau Pisau,
Seberang Jalan
0 Response to "YANG TERLUPAKAN"
Posting Komentar